top of page

Coklat panas dan pagi hari


Lalu, apa yang kau harapkan dari secangkir coklat panas di pagi hari yang seringkali kau hirup baunya dan kau teguk dalam perjalananmu menuju tempat kamu melakukan segala rutinitas itu?

Coklat panas itu adiksi! Itu hipotesis, atau bahkan konklusi yang saya nyatakan bersamaan dengan tandasnya coklat panas dengan krim dan taburan coklat bubuk dari gerai kopi yang cukup ternama di kota ini. Adalah sebuah gaya hidup di negeri ini, dimana berangkat beraktivitas di pagi hari tak lengkap tanpa menyesap kopi atau coklat panas yang diwadahi dalam sebuah gelas kertas lalu ditenteng begitu saja. Mulanya saya pikir, perilaku menenteng segelas minuman panas adalah keren. Modern. Gaya. Sekaligus cosmopolitan.

Nyatanya, disini hal tersebut adalah kebutuhan, meski bercampur budaya.

Bayangkan! Setelah menunggu beberapa saat di halte dalam suhu musim diJangin yang terkadang menyentuh minus, tubuhmu pasti berteriak, ingin sesuatu yang bisa menghangatkan minimal tanganmu karena mungkin saja sepasang sarung tangan berbulu yang barusan dibeli lupa kau bawa. Celakanya, kau melewatkan sarapan sehingga kini perutmu memberontak.

Lalu gerai kopi seakan menjadi malaikat bagimu

Can I have small hot chocolate with cream on top and..uhmm….plain croissant, take away, please?"

Kalimat itu rasanya bagaikan lagu merdu yang selalu enak untuk dinyanyikan setiap pagi. Terkadang, jika ingin sedikit mengulur waktu atau sedang malas bergegas ke tempat aktivitas, maka menyesap coklat panas di pojokan kafe lalu memandang jalanan di luar yang terkadang dihiasi oleh rintik hujan adalah semacam surga. Nyatanya, terlalu sering melakukan aktifitas nyoklat ini membawa saya pada satu hipotesis lain: orang di negara ini memang gemar kongkow di café. Pagi, karena mereka sekaligus sarapan dan sore hari karena… ya… ini negara Inggris, bung! Berdasarkan referensi dari Enid Blyton di serial "Lima Sekawan" atau "Pasukan Mau Tahu", masyarakat Inggris memang punya budaya ngeteh di sore hari. Meskipun, mungkin saja di tahun 2016 ini, menu teh bergeser menjadi kopi atau…coklat panas!

Jadi, sebenarnya apa yang saya harapkan bila menyesap coklat panas di pagi hari, sambal berjalan menuju lantai empat sebuah gedung berwarna coklat tua, warna chocolate Milano buatan café faforit saya? Apakah saya memang sudah ketularan orang Inggris atau memang tanpa disadari saya mulai sedikit bertingkah laku seperti orang Inggris?

Buat saya, coklat panas di pagi hari adalah me-time sebelum selama beberapa jam kedepan saya harus bertoleransi dengan banyak hal: pinggang pegal karena kebanyakan duduk di depan computer, otak panas karena terlalu banyak membaca, suara ketel air yang mendesis yang terkadang bisa membuyarkan konsentrasi menyusun baris-baris kalimat yang (sok) akademis.

Dan, iya! Saya memang butuh sesuatu yang hangat untuk dipegang…

Newcastle, 13 April 2016

RECENT POSTS:
SEARCH BY TAGS:
No tags yet.
bottom of page